Halaman

Selasa, 12 Oktober 2010

mengumpulkan data untuk mengenal lebih jauh...

Kamis, 4 September 2010
Banyaknya hal yang kami peroleh di fieldtrip kemarin membuat kami menyadari bahwa ada banyak sekali hal yang dapat kita pelajari disini. Seperti tidak mau rugi dengan kesempatan yang ada, membuat kami memutuskan untuk membagi tim besar menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok rumah lanting di pertemuan Sungai Martapurta dan Sungai Kuin, kelompok rumah panggung di sepanjang Sungai Kuin serta kelompok daerah perindustrian di Sungai Alalak.

Keadaan yang jauh berbeda dengan keadaan kota asal kami membuat semua menjadi lebih menarik. Semua hal yang kami temui disana membuat kami menyadari bahwa keberadaan sungailah yang mewarnai kehidupan mereka. Di sungai mereka bekerja, di sungai mereka membersihkan diri, di sungai pula mereka bersosialisasi. Sama-sama berada di ibukota provinsi, namun Banjarmasin seperti memiliki dunia yang berbeda.

Rumah lanting, salah satu bentuk arsitektur vernakular Indonesia

Daerah perindustrian di Sungai Alalak

Rumah Panggung di sepanjang Sungai Kuin

Jumat, 5 Spetember 2010
Setelah puas menyusuri kota Banjarmasin dengan segala kehidupan sungainya, kami pergi mengunjungi kota Marabahan,sebuah kecamatan kecamatan sekaligus ibukota dari Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pada abad ke-15 daerah ini menjadi pusat perdagangan Kerajaan Negara Daha, yang disebut Bandar Muara Bahan karena letaknya yang berada di daerah muara Sungai Bahan (Sungai Negara).

Disana, kami mengunjungi salah satu rumah adat Banjar yang berada di kasta paling atas masyarakat Banjar, yaitu rumah Bubungan Tinggi. Rumah yang menjadi objek penelitian kami ini memang sudah sangat jarang ditemui dan keberadaannya disini juga salah satu rumah yang masih bertahan. Kami bertemu dengan Bapak Arsalaludin, salah satu keturunan pemilik rumah yang berumur hampir 200 tahun ini, sempat bercerita tentang bagaimana sejarah rumah ini, bagaimana proses pembangunannya, hingga bagaimana nasib Bubungan Tinggi Marabahan sekarang ini. Banyak informasi yang kita dapatkan dari bapak yang berusia kurang lebih 40 tahun ini.

Setelah bertukar cerita, kami menyempatkan diri untuk mengeksplore daerah ini, menyusuri jalanan di sekitarnya, bahkan kami mencoba untuk menaiki klothok yang menjadi satu-satunya jasa penyebrangan menuju kampung seberang. Klothok ini tidak hanya digunakan untuk mengangkut manusia, tetapi juga penyebrangan kendaraan bermotor roda dua yang dimiliki masyarakat disana. Hanya dengan mengeluarkan kocek seribu rupiah, kami dapat menggunakan perahu bermotor untuk menyebrangi Sungai Negara ini.

Puas dengan perjalanan dan pengambilan data di rumah Bubungan Tinggi Marabahan, kami pulang sekitar pukul 4 sore dengan menaiki truk yang sebelumnya mengantarkan kami ke sini. Sampai jumpa lagi, Marabahan... :)

kondisi rumah Bubungan Tinggi di Marabahan

Truk, transportasi kegiatan jarak jauh 

Sabtu, 6 Agustus 2010
Pada hari Sabtu di minggu pertama, tim besar Ekskursi2010 terbagi menjadi dua: tim fotografi dan sebagian tim video menuju ke Lok Baintan serta tim lainnya menuju ke Teluk Selong. Lok Baintan merupakan sebuah pasar terapung tradisional di Kalimantan Selatan. Terletak cukup jauh dari pusat kota, membuat pasar ini masih terasa asli dan khas. Pukul 03.00 WITA, tim fotografi dan video telah bersiap dan berangkat dengan sebuah angkot. Pada awalnya, perjalanan tampak lancar-lancar saja dan seluruh anggota tim pun tertidur pulas. Tapi ternyata perjalanan itu tidak semulus yang dipikirkan. Pengendara angkot mengira tujuan tim fotografi dan video itu adalah pasar apung di Sungai Kuin. Kemudian, pengendara angkot tersebut bertanya-tanya kepada orang sekitar mengenai arah menuju ke Lok Baintan dan waktu menunjukkan pukul 04.00 WITA.
Setelah berkeliling mencari jalan dan kehilangan arah untuk yang kedua kalinya, akhirnya sampai juga di pasar apung Lok Baintan pukul 05.30 WITA. Awalnya, Lok Baintan terlihat sepi dan langit pun masih gelap. Penerangan yang ada berasal dari lampu-lampu di sekitarnya. Tim fotografi dan video berpencar ke rumah penduduk. Pada pukul 06.00 WITA, jukung, salah satu perahu dayung berbagai ukuran mulai berdatangan dari arah Barat satu per satu. Jukung-jukung tersebut bergerak ke arah timur dengan perlahan. Jumlahnya makin membludak di datangnya pagi. Di atas terdapat barang dagangan mereka yang beraneka ragam, seperti buah, sayur, ikan, gorengan, pakaian, dll. Tim fotografi dan video berpencar ke atas jembatan dan menaiki jukung untuk berinteraksi dengan para penjual secara langsun. Setelah mengambil gambar, video, dan berwawancara, tim fotografi dan video menyempatkan diri untuk melihat rumah bubungan tinggi yang ada di daerah Lok Baintan. Pada pukul 14.00 WITA, mereka dijemput oleh Kepala Operasional tim besar dengan truk dan menyusul tim lainnya.

Sementara itu, tim besar yang berangkat ke Telung Selong, sebuah desa kecil di Kabupaten Martapura, sudah bersiap dari pagi hari. Perjalanan ditempuh dengan truk selama kurang lebih 2 jam. Perjalanan ini pun tidak berjalan dengan cukup mulus. Awalnya, tim memang ingin menyusul ke Lok Baintan terlebih dahulu, namun karena adanya salah paham antara pengendara truk dan tim, membuat waktu terbuang percuma. Akhirnya tim pun menggeser jadwal untuk langsung menuju Teluk Selong. Sesampainya di lokasi, tim menuju ke rumah adat Gajah Baliku, salah satu rumah adat dari suku Banjar yang berada di lokasi Cagar Budaya Teluk Selong. Semua divisi melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang wawancara, foto, mengukur, dll.
Siang harinya, tim menuju ke rumah adat Bubungan Tinggi yang terletak di belakangnya. Sama seperti di rumah Gajah Baliku, semua divisi pun bekerja di rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi ini merupakan cagar budaya dan sering didatangi oleh wisatawan asing maupun dalam negeri. Di bagian depan rumahnya pun turut menjual pernak-pernik Kalimantan Selatan. Walaupun dikunjungi oleh banyak wisatawan, rumah ini tetap ditinggali oleh pemilik nya.

Selesai semua pengumpulan data, kami melanjutkan perjalanan ke pemberhentian selanjutnya. Pasar Intan Martapura, salah satu pasar wisata di Kalimantan Selatan menyediakan segala oleh-oleh dari daerah ini, menjadi sedikit refreshing dari kegiatan panjang hari ini. Kelelahan karena panjangnya perjalanan hari ini membuat kami menyudahi kegiatan hari ini. Lagi-lagi, sang truk sewaan kami telah menjemput kami untuk kembali dan beristirahat.

4 komentar:

  1. foto rumah lanting yang paling pertama mengingatkan saya dengan rumah2 di kampung ibu. bedanya ini jalanannya pake air. :) nice.
    jd inget saya pernah baca kota yang kayak gini di one piece (water seven) ga nyangka di indonesia ternyata juga ada kota yang berair2 gt :D
    cool~ nyesel ga ikutaan

    BalasHapus
  2. saya sangat suka dengan kegiatan ini..mungkin link dibawah ini sedikit banyak bisa memberikan informasi baru :

    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=225139235&postcount=30
    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=226467711&postcount=35
    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=226472811&postcount=36
    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=226473915&postcount=37
    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=226475750&postcount=38
    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=226476694&postcount=39
    http://www.kaskus.us/showpost.php?p=226522580&postcount=40

    BalasHapus
  3. terima kasih atas masukannya....
    senang bisa berbagi.. :D

    BalasHapus
  4. jangan lupa datang di pameran kita,yaaa...
    tunggu info berikutnya di blog kitaaaa :)

    BalasHapus