Halaman

Rabu, 27 Oktober 2010

Ekskursi Banjar, 7 - 10 Agustus 2010

SABTU, 7 Agustus 2010

Pada hari Sabtu di minggu pertama, tim besar Ekskursi 2010 terbagi menjadi dua: tim fotografi dan sebagian tim video menuju ke Lok Baintan serta tim lainnya menuju ke Teluk Selong. Lok Baintan merupakan sebuah pasar terapung tradisional di Kalimantan Selatan. Terletak cukup jauh dari pusat kota, membuat pasar ini masih terasa asli dan khas. Pukul 03.00 WITA, tim fotografi dan video telah bersiap dan berangkat dengan sebuah angkot. Pada awalnya, perjalanan tampak lancar-lancar saja dan seluruh anggota tim pun tertidur pulas. Tapi ternyata perjalanan itu tidak semulus yang dipikirkan. Pengendara angkot mengira tujuan tim fotografi dan video itu adalah pasar apung di Sungai Kuin. Kemudian, pengendara angkot tersebut bertanya-tanya kepada orang sekitar mengenai arah menuju ke Lok Baintan dan waktu menunjukkan pukul 04.00 WITA.

Setelah berkeliling mencari jalan dan kehilangan arah untuk yang kedua kalinya, akhirnya sampai juga di pasar apung Lok Baintan pukul 05.30 WITA. Awalnya, Lok Baintan terlihat sepi dan langit pun masih gelap. Penerangan yang ada berasal dari lampu-lampu di sekitarnya. Tim fotografi dan video berpencar ke rumah penduduk. Pada pukul 06.00 WITA, jukung, salah satu perahu dayung berbagai ukuran mulai berdatangan dari arah Barat satu per satu. Jukung-jukung tersebut bergerak ke arah timur dengan perlahan. Jumlahnya makin membludak di datangnya pagi. Di atasnya terdapat barang dagangan mereka yang beraneka ragam, seperti buah, sayur, ikan, gorengan, pakaian, dan lain-lain.

Tim fotografi dan video pun berpencar ke atas jembatan dan adapula yang mencoba ikut menaiki jukung untuk berinteraksi dengan para penjual secara langsung. Setelah mengambil gambar, video, dan berwawancara, tim fotografi dan video menyempatkan diri untuk melihat rumah bubungan tinggi yang ada di daerah Lok Baintan. Pada pukul 14.00 WITA, mereka dijemput oleh Kepala Operasional tim besar dengan truk dan menyusul tim lainnya di Teluk Selong.

Sementara itu, tim besar yang berangkat ke Telung Selong sudah bersiap dari pagi hari. Perjalanan ditempuh dengan truk selama kurang lebih 2 jam. Perjalanan ini pun tidak berjalan dengan cukup mulus. Awalnya, tim memang ingin menyusul ke Lok Baintan terlebih dahulu, namun karena adanya salah paham antara pengendara truk dan tim, membuat waktu terbuang percuma. Akhirnya tim pun menggeser jadwal untuk langsung menuju Teluk Selong.

Sesampainya di lokasi, tim menuju ke rumah adat Gajah Baliku, salah satu rumah adat dari suku Banjar yang berada di lokasi Cagar Budaya Teluk Selong. Semua divisi melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang wawancara, foto, mengukur, dan lain-lain.

Siang harinya, tim menuju ke rumah adat Bubungan Tinggi yang terletak di belakangnya. Sama seperti di rumah Gajah Baliku, semua divisi pun bekerja di rumah Bubungan Tinggi. Rumah Bubungan Tinggi ini merupakan cagar budaya dan sering didatangi oleh wisatawan asing maupun dalam negeri. Di bagian depan rumahnya pun turut menjual pernak-pernik Kalimantan Selatan. Walaupun dikunjungi oleh banyak wisatawan, rumah ini tetap ditinggali oleh pemiliknya.

Selesai semua pengumpulan data, kami melanjutkan perjalanan ke pemberhentian selanjutnya. Pasar Intan Martapura, salah satu pasar wisata di Kalimantan Selatan menyediakan segala oleh-oleh dari daerah ini, menjadi sedikit refreshing dari kegiatan panjang hari ini.

Kelelahan karena panjangnya perjalanan hari ini membuat kami menyudahi kegiatan hari ini. Lagi-lagi, sang truk sewaan kami telah menjemput kami untuk kembali dan beristirahat.

MINGGU, 8 Agustus 2010

Hari Minggu ini, kami menjadwalkan untuk freeday. Bagi peserta Kristen dan Protestan, ini menjadi waktu luang untuk pergi ke gereja. Karena hari Minggu pertama kami mengagendakan untuk rapat besar materi. Rapat ini akan membicarakan segala hal mengenai materi yang akan kami olah di Jakarta, dari jadwal kegiatan kami untuk 2 minggu ke depan, target perolehan materi masing-masing divisi hingga persiapan materi buku output, nantinya. Namun sebelumnya, pada pagi harinya, kami dibebaskan untuk mengisi waktu luang. Untuk peserta Kristen dan Protestan, beribadah ke Gereja, sedangkan bagi yang tidak ke gereja, memutuskan untuk mengunjungi Pulau Kembang, salah satu objek wisata berupa pulau dengan ratusan monyet di dalamnya, termasuk bekantan. Letaknya yang dipisahkan dengan Sungai Barito membuat kami harus menggunakan klothok untuk menuju kesana.



Selesai dengan perjalanan refreshing ini, kami kembali ke basecamp untuk makan siang dan dilanjutkan dengan rapat besar materi. Rapat berlangung dengan lancar dan terkendali dari siang sampai malam.

SENIN, 9 Agustus 2010


Pada hari Senin, tim menuju ke museum Lambungmangkurat. Kunjungan ke museum ini termasuk ke dalam field trip. Di dalam museum ini terdapat maket-maket rumah adat, pakaian adat, serta diorama-diorama mengenai Kalimantan Selatan. Tim ditemani oleh seorang pemandu yang menjelaskan mengenai seluruh benda-benda yang dipamerkan. Para peserta memanfaatkan momen ini untuk menggali pengetahuan tentang Banjar. Kunjungan ke museum ini berlangsung dari pagi hingga siang hari.

Setelah itu, tim menuju ke Universitas Lambungmangkurat yang berada tidak jauh dari museum dengan berjalan kaki. Sesampainya di sana, peserta mengikuti lecture dari universitas mengenai rumah adat Banjar. Para peserta pun antusias mengajukan pertanyaan di sesi tanya jawab. Dari lecture tersebut, bertambahlah pengetahuan baru bagi peserta mengenai rumah adat Banjar sehingga dapat turut memperdalam materi Ekskursi. Lecture diakhiri dengan pemberian plakat kepada Universitas Lambungmangkurat dan ikatan mahasiswa arsitektur universitas tersebut.

SELASA, 10 Agustus 2010

Hari Selasa, tim besar menuju ke Sungai Kuin dengan menaiki klotok. Perjalanan dimulai sejak pagi buta untuk mendapatkan waktu pasar apung di Sungai Kuin. Sesampainya di lokasi, dari atas klotok, peserta dapat menyaksikan pasar apungnya. Para penjual dari atas jukung berlalu lalang di sekitar klotok sambil menawarkan barang dagangannya. Tim wawancara dan video pun turut duduk di atas jukung dan mengikuti kemana penjual itu berkeliling sambil mengobrol dan merekam. Pemandangan pasar apung ini dapat dinikmati dari atas klotok. Jukung-jukung yang berlalu lalang berlatarbelakangkan semburat cahaya matahari yang baru saja terbit.

Setelah melihat pasar apung Kuin, klotok berjalan menuju ke pemukiman di Kuin. Hanya saja ternyata air sungai sedang pasang pada saat itu. Hal ini menjadi masalah sebab klotoknya dikhawatirkan tidak dapat melewati bawah jembatan akibat permukaan airnya naik. Dengan demikian, tim dibagi menjadi dua, yaitu tim yang mempelajari rumah panggung dan tim yang mempelajari rumah lanting. Tim yang mempelajari rumah lanting, turun di Sultan Firmansyah, sementara klotok melanjutkan perjalanan ke rumah lanting membawa serta tim yang tersisa. Perjalanan ditempuh dalam waktu 2 jam karena harus memutar lewat jalan lain akibat air pasang tersebut.





Pada kunjungan kali ini, tim dari semua divisi melakukan pendalaman materi dengan mencari dan menggali informasi lebih lanjut. Pendalaman ini dilakukan dari pagi sampai sore. Tim wawancara dan video mengkhususkan untuk mewawancarai penghuni beberapa rumah lanting yang sudah ditargetkan dari kunjungan ke Sungai Kuin sebelumnya. Sedangkan divisi lainnya berkeliling di sekitar Kuin dan Sultan Firmansyah, baik untuk melakukan pengukuran, mengambil gambar, maupun mendapatkan pengetahuan lebih lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar