Rumah Bubungan Tinggi, salah satu rumah adat Suku Banjar, adalah bangunan yang tertua dari seluruh tipe rumah tradisional. Rumah Bubungan Tinggi dikenal sebagai Istana Sultan Banjar, oleh karena itu, rumah ini dinilai sebagai bangunan paling utama dari rumah-rumah adat lainnya.
Rumah Bubungan Tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Tubuh bangunan besar dan memanjang lurus ke depan sebagai bangunan induk serta memiliki tiang-tiang yang tinggi.
- Bagian bangunan yang tampak seperti menempel pada bagian kiri dan kanan agak ke belakang disebut Anjung. Dalam istilah Banjar, konstruksi ini disebut pisang sasikat (pisang sesisir).
- Bubungan atap yang tinggi melancip disebut bubungan tinggi dengan konstruksi atap pelana (Zadeldak) yang membentuk sudut sekitar 45'.
- Bubungan atap yang memanjang ke depan disebut atap sindang langit dengan konstruksi atap sengkuap (lessen aardak)
- Bubungan atap yang menurun ke belakang disebut atap hambin awan dengan konstruksi atap sengkuap.
- Palatar (pendopo atau teras), adalah ruangan depan yang merupakan ruangan rumah yang berada tepat setelah tangga masuk. Ukuran luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter. Palatar juga bisa disebut pamedangan.
- Panampik Kacil adalah ruangan yang agak kecil setelah masuk melalui lawang hadapan (pintu depan). Permukaan lantainya lebih tinggi daripada lantai palatar dan ambang lantainya disebut watun sambutan. Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.
- Panampik Tangah adalah ruangan yang lebih luas dan memiliki permukaan lantai yang lebih tinggi dari panampik kacil. Ambang lantai pada ruangan ini disebut watun jajakan.
- Panampik Basar atau disebut juga Ambin Sayup adalah ruangan yang menghadapi dinding tengah, atau dalam istilah Banjar disebut tawing halat. Permukaan lantainya lebih tinggi dari ruang sebelumnya namun memiliki nama ambang lantai yang sama dengan panampik tangah yaitu watun jajakan. Luas ruangan ini adalah 7 x 5 meter.
- Palindangan atau Ambin Dalam adalah ruang bagian dalam rumah yang berbatasan langsung dengan panampik basar. Lantai palindangan biasanya sama tinggi dengan lantai panampik basar, namun ada juga rumah yang membuat permukaan lantainya lebih tinggi dari panampik basar. Dasar pintu pada tawing halat di ruangan ini tidak mencapai ke dasar lantai sehingga ambang lantainya disebut dengan watun langkahan. Luas ruangan ini 7 x 7 meter dan di dalamnya terdapat tiang-tiang besar yang menyangga bubungan tinggi sebanyak 8 buah. Tiang-tiang ini disebut Tihang Pitugur atau Tihang Guru.
- Panampik Dalam atau Panampik Bawah adalah ruangan dalam yang cukup luas berukuran 7 x 5 meter dengan permukaan lantai yang lebih rendah dari palindangan namun sama tinggi dengan panampik tangah. Ambang lantai pada ruangan ini juga disebut watun jajakan.
- Padapuran atau Padu adalah ruangan terakhir yang terletak di bagian belakang bangunan. Permukaan lantainya lebih rendak dari panampik bawah dan ambang lantainya disebut watun juntaian. Pada beberapa rumah dengan watun juntaian yang tinggi, terdapat tangga untuk keperluan turun dan naik. Ruangan ini dibagi atas bagian anganan (tempat memasak), salaian (tempsat mengeringkan kayu api), pajijiban, dan pangaduran (tempat mencuci piring atau pakaian). Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.
- Anjung Kiwa dan Anjung Kanan adalah dua ruangan yang berhubungan pada kiri dan kangan palindangan. Pada sisi dinding depan kedua anjung terdapat sebuah jendela yang dalam istilah banjar disebut lalungkang.
- Lalungkang berjumlah sama pada sisi dinding bangkunan rumah sebelah kiwa dan kanan. Jendela=jendela tersebut berada pada dindng kiri dan kanan panampik tangah, panampik badar, panampik bawah dan padapuran.
- Hanya terdapat dua buah tangga yaitu tangga hadapan dan tangga balakang di rumah Bubungan Tinggi. Kedua tangga ini terletak di tengah. Jumlah anak tangga merupakan bilangan ganjil 5, 6, atau 9 dan terbuat dari bahan kayu ulin yaitu kayu besi yang kokoh.
Ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat Banjar bahwa setiap ukuran haruslah menggunakan bilangan yang ganjil. Tidak hanya pada ukuran panjang dan lebar, tapi juga menyangkut hal-hal yang lebih kecil seperti jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-layang puncak, dan lain-lain.
Jika diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya adalah 31 meter dengan lebar 7 meter. Sementara lebar anjung masing-masing 5 meter. Tinggi lantai dari permukaan tanah adalah 2 meter pada kolong di bawah anjung dan palindangan, dan bervariasi hingga yang terendah, yaitu kolong di bawah palatar yang tingginya 1 meter.
Dalam penataan ruangnya, rumah tradisional Bubungan Tinggi membedakan ruangan dalam tiga jenis, yaitu ruang terbuka, ruang setengah terbuka, dan ruang dalam.
Ruang terbuka terdiri dari pelataran atau serambi. Serambi ini dibagi lagi menjadi dua yaitu surambi muka dan surambi sambutan.
Ruang setengah terbuka diberi pagar rasi dan disebut lapangan pamedangan.
Jenis yang terakhir, yaitu ruang dalam dibagi menjadi pacira dan panurunan (panampik kacil), paluaran (panampik basar), dan palendangan (panampik panangah) yang terdiri dari palidangan dalam, anjung kanan dan anjung kiwa, dan panampik padu (dapur).
Bangunan tubuh Rumah Bubungan Tinggi dengan bangunan induknya tersebut jika dilihat dari samping akan memperlihatkan tujuh jenjang perbedaan ketinggian lantai dari palatar hingga padapuran, namun ada pula yang hanya memiliki 5 jenjang karena menghilangkan panampik tangah dan panampik bawah pada rumah. Walaupun begitu, jumlah jenjang tetap ganjil.
Konstruksi yang menghilangkan dua ruangan ini menyebabkan ambang lantai antara panampik kacil dan panampik basar menjadi tinggi, oleh karena itu, dibuatlah Pacira, yaitu kotak segi empat yang di dalamnya terdapat tangga kecil dengan satu anak tangga. Selain itu, pacira ini juga terdapat pada padapuran yang langsung berhubungan dengan palindangan.
--dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar