Halaman

Selasa, 13 Juli 2010

MENGAPA SUKU BANJAR?


Di Pulau Kalimantan, tentunya Suku Dayak lebih populer dari Suku Banjar. Suku Dayak memiliki banyak karakteristik yang seolah-olah menjadi identitas dari Kalimantan secara keseluruhan. Namun di samping hal tersebut, terdapat suatu komunitas yang juga memiliki karakteristik yang kuat dan dapat dikatakan menjadi identitas Kalimantan bagian selatan, yakni Suku Banjar.

Tentunya kita pernah melihat, baik itu di media cetak, maupun di televisi, suatu transaksi perbelanjaan yang dilakukan di atas sungan menggunakan rakit layaknya di pasar. Keunikan tersebut ternyata masih ada hingga saat ini, di mana teknologi telah berkembang pesat. Kegiatan tersebut merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Suku Banjar. Suku Banjar ialah suku yang menempati sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan. Sejak abad ke-17, suku ini merambah ke Kalimantan Tengah dan Timur, terutama kawasan dataran dan hilir daerah aliran sungai.

Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu adalah warga Kesultanan Banjar, yang kemudian dihapuskan pada 1860/ Adapun suku lain yang menempati Kalimantan ialah Suku Dayak. Islam, sebagai ciri dan identitas Suku Banjar, hal yang membedakan dengan Suku Dayak yang masih menganut animisme. Sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat Dayak dikatakan sebagai 'pembersihan diri', disamping menjadi orang Banjar.

Konon, Suku ini menemukan daerah teritorialnya dengan menyusuri aliran sungai. Maka dari itu pula sungai mempengaruhi kebiasaan hidup suku yang tak bisa terlepas dari berbagai kegiatannya. Bagi Suku Banjar, sungai tidak hanya digunakan sebagai sarana transportasi, namun juga sarana interaksi antarmasyarakat. Kebenradaan sungai ini juga mempengaruhi pola arsitektur yang ada, yakni seperti memberikan batasan tak terlihat pada pembagian rumah tinggal dan munculnya tradisi, baik dalam pembangunan rumah tinggal maupun setelahnya. Tradisi tersebut berypa tempat tinggal yang terbagi di dua tempat, darat dan sungai, ukiran-ukiran berupa kaligrafi atau simbol, serta pada tingkat sosial atau kedudukan yang dicerminkan melalui ukuran, seni, hingga kemegahan bangunannya. Ada 11 jenis rumah banjar pada umumnya berdasarkan tingkat status sosialnya. Rumah adat banjar, Bubungan Tinggi, sebagai tempat tinggal raja sekaligus bangunan dengan kasta tertinggi, serta Rumah Lanting sebagai tempat tinggal rakyat dan bangunan dengan kasta terendah yang berada di sungai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar