Halaman

Kamis, 30 September 2010

Keramahan Sungai Kuin dan Tentang Banjar di Museum Wasaka

03 Agustus 2010

Memang hari pertama adalah hari yang dinanti. Memang hari sungai dan hari senang-senang. Dari basecamp berangkat sekitar pukul sepuluh pagi. Dengan diantar 3 angkot kami semua langsung meluncur ke Sungai Kuin.

Kami turun di Soto Banjar Bang Amat, soto banjar yang paling terkenal di kota Banjarmasin. Soto Banjar Bang Amat memang menggoda, akan tetapi rasa penasaran untuk menjelajahi Sungai Kuin masih mengalahkan pesona si soto.

Klothok adalah alat transportasi mirip perahu yang akan mengantarkan kami menyusuri Sungai Kuin. Klothok memiliki atap, dan yang menarik adalah, kami diperbolehkan duduk di atas atap klothok. Naik dari dermaga Soto Bang Amat, klothok melaju pelan mengantarkan kami ke setiap sisi sungai yang kaya pemandangan. Dari menyaksikan secara langsung bagaimana ibu-ibu rumah tangga mulai memasak, mencuci, mandi, sampai melihat warung-warung yang menjajakan dagangannya di pinggir sungai.

Tujuan utama penyusuran sungai di Banjarmasin adalah untuk mengenalnya lebih dekat sebagai salah satu objek pengamatan Ekskursi Banjar 2010. Sepanjang menyusuri Sungai Kuin, dapat ditemukan rumah-rumah adat Banjar, masjid, rumah makan, dan sebagainya. Seolah seperti tidak ada batasnya, ternyata kami tidak hanya menyusuri Sungai Kuin, tapi juga Sungai Industri Alalak dan sungai besar yang menjadi pelabuhan kapal di Banjarmasin; Sungai Barito. Bertemunya sungai dua warna, klothok yang menyusuri sungai sejajar dengan sebuah kapal tanker hingga SPBU khusus solar untuk klothok dan sejenisnya. Semua itu menjadi hal yang sangat beragam, tidak terduga sebelumnya, dan yang pasti tidak ada di Depok maupun Jakarta. Field trip ini membuka mata kami akan keunikan Banjarmasin, si Kota Seribu Sungai.

Perjalanan selama kurang lebih dua jam ini terasa singkat, ketika klothok kami menepi di Rumah Makan Soto Banjar Bang Amat. Rasa lapar kini mengisi pikiran kami. Tertarik untuk mencicipinya, kami mengambil tempat untuk makan bersama di sana. Semangkuk soto banjar lengkap dengan es teh manisnya mengisi setiap sisi perut yang sudah meronta dari perjalanan tadi. Lezat. Tak heran ini menjadi makanan wajib bila kita berkunjung ke kota Banjarmasin.

Selesai mengisi tenaga, kami berkunjung ke Museum Wasaka yang tak jauh dari kedai tempat kami makan. Wasaka adalah singkatan dari Waja sampai ka Puting, sebuah motto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Museum yang merupakan museum perjuangan rakyat kalimantan ini bertempat pada rumah banjar bubungan tinggi yang telah dialihfungsikan dari hunian menjadi museum sebagai upaya konservasi bangunan tradisional. Terletak di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.

Posisi Museum Wasaka yang berada tepat di bawah Jembatan Banua Hanyar ini menyimpan banyak koleksi sejarah Banjar. Kita dapat menilik banyak informasi tentang Banjar dengan mengamati koleksisnya yang dipamerkan di musem ini. Pada hari pertama ekskursi ini, kami merasa mendapatkan bekal informasi yang bermanfaat untuk hari ke depannya ketika kami melanjutkan perjalanan ekskursi kami.




 
 Museum Wasaka, pemanfaatan lain rumah Bubungan Tinggi

for keeping the curiosity up, we explore, for places that encourage us, we tour

01 Agustus 2010

Bangun sedikit lebih awal tanpa paksaan. Ya, Minggu pagi ini berbeda dari biasanya, tidak menunda bangun tidur dan memilih untuk bergegas menyiapkan carrier beserta isinya yang berkilo-kilo beratnya. Berangkat pergi untuk belajar, berbagi, untuk ekskursi yang diyakini dapat menambah pengalaman yang lebih dari sekedar liburan.

BP3 hening...

Kami sepakat untuk siap di gedung BP3 ketika jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Yang terjadi sudah diduga sebelumnya. Jam sembilan adalah hening. Jam sembilan adalah hanya tong sampah yang berwarna kuning dan anjing yang sibuk berkeliaran di sekitar kantek dan BP3. Jam sembilan adalah kami belum mulai berdatangan; bisu dan sepi.

09.30 - 13.00 WIB

Sedikit demi sedikit manusia demi manusia yang berperilaku kurang lebih sama; jalan pelan, sedikit membungkuk, punggung membawa tas gendut padat, mulai berdatangan. Alhamdulillah, akhirnya semua perkumpul. Tidak lupa Sofi menanyai kami semua satu-persatu, sebuah pertanyaan yang sering terdengar sampai selama ekskursi, bahkan sampai kepulangan kami, "Udah minum Resochin? Jangan lupa minum Resochin,". Yeah, lengkap!

13.00 - 07.00 WIB

Sekitar pukul satu siang, kami mulai menaiki bis yang akan membawa kami sampai ke Pelabuhan Tanjung Perak. Kami berangkat dengan dilepas oleh beberapa dosen dan rekan kami. Semua berdoa dan mulai mengambil posisi nyamannya masing-masing di tempat duduk yang sudah dipilih sebelumnya.

2 Agustus 2010

Perjalanan sekitar 18 jam, Depok-Tanjung Perak, tidak begitu melelahkan. Selonjoran, duduk, main kartu, lagu-lagu pop sampai lagu-lagu korea menemani perjalanan kami. Pukul tujuh pagi akhirnya kami sudah sampai di Tanjung Perak. Melewati negosiasi yang sedikit memakan waktu, akhirnya bis mengantarkan kami sampai dalam pelabuhan, dekat dermaga, fiuh.

07.00 - 24.00 WIB

Delapan belas jam tidak sebentar...

Harapan setelah turun dari bis langsung menaiki KM KUMALA pada pukul 12 siang pupus sudah. Keberangkatan KM KUMALA ditunda sampai pukul 24.00, pengumuman yang menyakitkan tertempel tanpa dosa di pintu ruang tunggu. Kami pasrah kalau harus menunggu sampai membatu. Akan tetapi, delapan belas jam yang diduga akan sangat membosankan tidak sepenuhnya begitu. Menunggu selama berjam-jam kami habiskan dengan melihat-lihat pelabuhan dan kapal-kapalnya, bermain truf, dan juga tidak lupa mandi dan makan.



03 Agustus 2010

Duapuluh jam lebih dari tidak sebentar...

Tiba saatnya kami menaiki kapal untuk selanjutnya menuju Borneo. Alhamdulillah kami mendapatkan kabin untuk satu rombongan. Setidaknya tidur kami selama di kapal akan lebih nyenyak. Hampir semua siap dengan antimo. Ada yang langsung terlelap. Ada yang tertap melanjutkan ritual bermain truf. Dan ada juga yang mulai membaca-baca logbook Ekskursi Banjar. Ketika matahari mulai terbenam, kami tidak melewatkan untuk menyaksikannya bersama-sama, melihat bagimana langit membentuk gradasinya, memancarkan pesona perpaduan laut biru yang terlihat menghitam dengan keelokan kerlipan bintang-bintang di atasnya. Menakjubkan.




23.00 WITA

Sampai juga di Kalimantan! Tulisan Bandar Masih terlihat jelas ketika kami mulai menapaki pelabuhan di Banjarmasin. Kami langsung menuju bis yang akan mengangtarkan kami ke basecamp. Basecamp beralamat di Perumahan Kayu Tangi, Jalan Hasan Basri. Letaknya tidak begitu jauh dari pelabuhan dan pusat kota. Kami sampai di basecamp sekitar pukul 12 malam, dilanjutkan dengan rapat koordinasi. Rapat tidak berlangsung begitu lama, kami segera menggelar masing-masing sleeping bag milik kami. Tidak ada bantal empuk seperti yang ada di rumah, tapi kami tidak peduli.
Esok hari menunggu kami untuk memulai Ekskursi Banjar 2010

Rabu, 29 September 2010